Di
samping menjadi wahana dakwah Islam dan kaderisasi ulama, pesantren
seharusnya juga dapat menjadi pusat pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat
di sekitarnya. Apalagi mayoritas pesantren berada di pedesaan, sehingga
secara tidak langsung memiliki peran strategis sebagai motor
pembangunan di kawasan tersebut.
Dengan
dilandasi nilai-nilai keislaman serta suri tauladan yang didapat selama
menjadi santri di pondok pesantren, seyogianya hal tersebut dapat
menjadi modal bagi para santri untuk berwirausaha,. Namun demikian, dari
ribuan pesantren di Indonesia yang saat ini ada, hanya sedikit saja
yang berhasil melahirkan santri-santri dengan bekal agama yang cukup
serta siap memiliki kemampuan untuk membangun ekonomi bangsa melalui
aspek kewirausahaan.
Diakui
atau tidak, pemberdayaan pesantren dalam bidang ekonomi saat ini masih
tergolong minim. Fokus utama pesantren memang terletak di bidang
pendidikan, akan tetapi seharusnya pesantren dapat memberikan kontribusi
lebih lanjut kepada lingkungan disekitarnya terkait pengembangan
ekonomi kreatif berbasis pesantren.
Didasari
pemikiran bahwa pesantren memiliki potensi untuk menjadi pusat
pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya, Bank Mandiri
berinisiatif menggelar kegiatan workshop “Wirausaha Muda Mandiri (WMM)
Goes to Pesantren” yang menjadi bagian dari rangkaian program WMM,
dimana dalam kegiatan workshop ini para santri berkesempatan memperoleh
materi mengenai peluang wirausaha yang sesuai dengan potensi yang ada di
lingkungan sekitar pesantren.
Direktur
Utama Bank Mandiri Zulkilfi Zaini mengatakan, setelah membangkitkan
jiwa kewirausahaan dikalangan mahasiswa melalui program WMM Goes to
Campus, kini sudah saatnya Bank Mandiri mulai mengembangkan potensi
lainnya, yakni Pesantren. “Kita ingin menyebarkan virus kewirausahaan
kepada anak-anak muda. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini, kami
berharap dapat meningkatkan keterampilan para santri serta menumbuhkan
sense of business mereka sehingga pada akhirnya akan terbentuk
wirausaha-wirausaha muda potensial yang agamis,” ujar Zulkifli Zaini
pada workshop “WMM Goes to Pesantren” yang diselenggarakan di Pondok
pesantren Qodratullah, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan pada Kamis
(13/9).
Kegiatan
“WMM Goes to Pesantren” yang diselenggarakan Bank Mandiri di Pondok
pesantren Qodratullah ini diikuti sebanyak 700 santri dan santriwati
yang berasal dari 20 pondok pesantren se-Sumatera Selatan (Sumsel) serta
dihadiri oleh Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini, Deputi
Menteri bidang Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM, Prakoso BS, dan
jajaran pimpinan ponpes se Sumsel.
Menurut
Zulkifli Zaini, pada tahun ini Bank Mandiri bersama dengan Pengurus
Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama telah
melaksanakan program WMM Goes to Pesantren di beberapa tempat, yaitu
Ponpes Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah
serta Ponpes Darussalam, Martapura, Kalimantan Selatan.
Selain
itu, Bank Mandiri juga telah mengadakan program pelatihan dan
implementasi budidaya lele di delapan pondok pesantren (Ponpes) di
wilayah Jawa Timur, pelaksanaan Training of Trainer bagi para pengurus
Lembaga Ta’mir Masjid (LTM) NU serta pelaksanaan pesantren Entrepreneur
Camp di Pesantren Al-Yasini Sidoarjo yang diikuti oleh 48 Ponpes di
wilayah Jawa Timur.
Kucurkan Dana Bina Lingkungan
Dalam
kegiatan WMM Goes to Pesantren tersebut Bank Mandiri juga menyalurkan
bantuan senilai Rp 1,1 miliar kepada pondok pesantren di wilayah
Sumatera Selatan. Adapun dana tersebut diberikan kepada 19 Ponpes,
dimana masing-masing pesantren mendapat bantuan senilai Rp50 juta untuk
keperluan pengadaan komputer dan buku perpustakaan. Sedangkan Ponpes
Qodratullah yang menjadi tempat pelaksanaan kegiatan WMM Goes to
Pesantren mendapat bantuan senilai Rp 100 juta untuk keperluan
pembangunan 1 lokal kelas.
Selain
pemberian bantuan kepada pondok pesantren, Bank Mandiri juga memberikan
bantuan beasiswa sebesar Rp250 juta bagi mahasiswa IAIN Raden Fatah,
Palembang, Sumsel. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Direktur
Utama Bank Mandiri Zulkilfi Zaini kepada Prof. DR. H. Amin Suyitno,
M.Ag, selaku Pembantu Rektor (Purek) III IAIN Raden Fatah, Palembang,
Sumatera Selatan.
Pimpinan
Pondok Pesantren Qodratullah Buya H. Husni Thamrin Madani mengaku
terkejut sekaligus senang dengan adanya bantuan dan pelatihan
kewirausahaan dari Bank Mandiri untuk para santri pondok pesantren di
wilayah Sumatera Selatan. “Ini baru pertama kalinya, bagi kami, ada
pihak luar (Bank Mandiri) yang begitu perhatian terhadap pentingnya
pengembangan kewirausahaan di kalangan santri. Saya mengucapkan
terimakasih kepada Bank Mandiri atas perhatiannya tersebut,” ujarnya.
Buya
H. Husni Thamrin Madani pun berharap, kepedulian yang selama ini telah
ditunjukkan Bank Mandiri kepada pondok pesantren dan santri dapat memacu
semangat serta membuka peluang terciptanya wirausahawan-wirausahawan
muda yang berakhlak dan bermoral tinggi. “Semoga kelak muncul santri
yang menjadi pengusaha dan pengusaha yang berjiwa santri dari Sumatera
Selatan,” imbuhnya.
Berani Bermimpi dan Kreatif
Dalam
pelaksanaannya, kegiatan “WMM Goes to Pesantren” di Pondok pesantren
Qodratullah yang berlangsung selama satu hari tersebut menampilkan tiga
pembicara, yakni pengusaha nasional Aunur Rofiq, Sutradara Ipang Wahid,
Pemenang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2010 Mgs. Syaiful Fadli.
Dalam
paparannya, seluruh narasumber tersebut sepakat jika kesuksesan
bukanlah hanya sekedar keberuntungan, namun dihasilkan kesungguhan dalam
bekerja dan tetap istiqomah di jalan Allah SWT. “Jangan pernah takut
mempunyai cita-cita atau mimpi yang tinggi. Karena siapa pun yang
bersungguh-sungguh pasti akan berhasil,” kata Irfan Asy’ari Sudirman
atau lebih dikenal dengan nama Ipang Wahid ini
Berlatar
belakang keluarga santri, putra sulung KH Salahuddin Wahid atau Gus
Solah ini justru memilih untuk terjun ke dunia iklan. “Hambatan terbesar
menjadi seorang wirausahawan adalah memilih untuk terus maju atau
mundur. Semuanya dimulai secara bertahap, tidak bisa tiba-tiba langsung
menjadi besar. Hal yang terpenting dalam memulai bisnis adalah belajar
untuk melahirkan kreativitas baru. Bukan sekedar meniru, karena
kebiasaan meniru tidak akan melahirkan kreativitas. Untuk dapat
menciptakan ide / produk yang baru tentu saja kita harus berpikir di
luar kotak,” ujarnya.
Sedangkan
pengusaha nasional Aunur Rofiq memaparkan, para santri harus jeli
melihat peluang usaha yang ada dan jangan takut gagal. ”Kegagalan bukan
berarti mati. Kegagalan adalah sebuah awal dari kesuksesan, bagaimana
Anda akan tahu kalau Anda akan sukses apabila tidak tahu apa itu
kegagalan,” ucapnya bersemangat.
Sementara
itu, Pemenang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2010 Mgs. Syaiful Fadli
mengungkapkan, dalam memulai berwirausaha seseorang harus berani
berinovasi dan berpikir kreatif. “Kebiasaan pola hidup santri dengan
segala aktivitasnya di pesantren seharusnya mampu mendorong mereka untuk
meraih kesuksesan,” imbuhnya.
Setelah
mendengarkan berbagai pengalaman dan tips yang dipaparkan para
pembicara, Ismadil (20) dari Pondok Pesanten Modern Terpadu Nurul Qomar,
Palembang mengaku kian bersemangat mengembangkan usahanya untuk membuat
kaligrafi dari limbah Styrofoam. “Baru enam bulan yang lalu saya
bersama beberapa santri di Ponpes Nurul Qomar memulai usaha ini.
Alhamdulilah, karya kami direspon banyak pihak dan mendapatkan banyak
order. Melalui kegiatan ini saya bersama teman-teman bertekad ingin
mengembangkan usaha kami dengan ide kami yang terbaru, yaitu membuat
bantal dari limbah Styrofoam,” ungkapnya kepada SINDO dengan
bersemangat.
Hal
senada juga diungkapkan Lukman Hakim (20) dari Ponpes Qodratullah.
“Motivasi saya untuk berwirausaha bangkit setelah mengikuti pemaparan
Pemenang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2010 Mgs. Syaiful Fadli. Apa yang
telah ia sampaikan membuat saya semakin terpacu untuk mencari peluang
bisnis yang kreatif, sehingga kelak dapat dimanfaatkan setelah
menyelesaikan pendidikan di pesantren,” ucapnya.
Sumber : Seputar Indonesia