Bursa kerja: Singa Afrika Barat di Ambang Kepunahan

Bursa kerja: Singa Afrika Barat di Ambang Kepunahan


Singa Afrika Barat di Ambang Kepunahan

Posted: 09 Jan 2013 03:40 PM PST

TEKNOLOGI

Populasi singa diperkirakan tersisa 645 ekor di Afrika

ddd

Kamis, 10 Januari 2013, 06:40 Denny Armandhanu

VIVAnews - Populasi singa Afrika Barat dilaporkan tinggal menunggu kepunahan. Jumlah spesies ini semakin menurun diduga akibat perburuan dan semakin sempitnya habitat mereka.

Menurut para ahli konservasi, populasi singa dengan nama latin Panthera leo senegalensis ini diperkirakan tersisa hanya 645 ekor di Afrika bagian Barat dan Tengah.

Dari jumlah tersebut sedikitnya 34 singa yang tersisa ada di Nigeria. Sementara kelompok singa lainnya tersebar di Burkina Faso, Republik Niger, Republik Afrika Tengah, Kamerun dan Chad. Singa ini sudah punah di negara-negara seperti Ghana, Pantai Gading dan Togo.

Padahal tiga puluh tahun lalu populasi singa masih 200.000 ekor berkeliaran liar di seluruh benua. Sekarang populasi tinggal antara 15.000 sampai 32.000 ekor singa dari berbagai spesies.

Selain sebaran populasi sangat terbatas. Singa Afrika Barat terancam oleh kehilangan habitat, kehilangan mangsa alami akibat perburuan liar dan konflik manusia.

Ancaman juga termasuk kebutuhan tulang singa yang digunakan untuk memasok kebutuhan obat tradisional Asia karena tulang harimau lebih langka.

Para ahli dari kelompok konservasi LionAid mengatakan singa Afrika Barat diacuhkan oleh pemerintah setempat. "Singa ini telah diabaikan untuk waktu yang sangat lama dan tidak memiliki program perlindungan yang memadai," kata Dewan pengawas LionAid, Dr Pieter Kat seperti dilansir Dailymail, 9 Januari 2013.


© VIVA.co.id   |   Share :  

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: Gaza Blitz - Turmoil And Tragicomedy At The BBC.

Panasonic Rilis Tablet Seukuran Kertas A3

Posted: 09 Jan 2013 03:25 PM PST

VIVAnews - Di pameran produk teknologi terkemuka di AS, Consumer Electronics Show (CES) 2013, banyak produsen gadget membuat sesuatu yang lebih kecil. Namun berbeda dengan Panasonic, perusahaan asal Jepang ini membuat tablet berlayar raksasa berukuran 20 inci.

Tablet raksasa ini diklaim dapat lebih memanjakan penggunanya saat membaca majalah digital. Selain itu tablet ini juga menyasar para pecinta fotografi. Namun, karena ukurannya yang besar banyak yang beranggapan bahwa tablet ini tidak mudah dibawa untuk kegiatan sehari-hari.

"Panasonic membuat teknologi digital mutakhir ini untuk menciptakan nilai realistis sebuah kertas pada sebuah layar," ujar pernyataan pers Panasonic dilansir Dailymail, Rabu 9 Januari 2013.

Perusahaan pun meyakini bahwa tablet raksasa ini sangat ideal untuk menampilkan konten seperti koran dan majalah, karena akan menampilkan rasio yang sama.

Sementara Telegraph menuliskan, tablet ini mengusung teknologi Anoto, yaitu sebuah teknologi menulis digital pada sebuah layar tablet. Permukaan digital yang dihadirkan ini bisa membuat pengguna membuat tulisan yang akurat.

Sementara itu, sebaliknya, Apple dan perusahaan lain sedang berkonsentrasi dengan membuat tablet berukuran kecil, seperti iPad mini yang berukuran 7 inci. Namun Panasonic tetap berharap tablet 20 inci ini bisa menarik bagi para penggemar fotografi.

Keunggulan dari tablet raksasa ini adalah penggunaan panel LCD 20 inci beresolusi 4k (3840X2160 pixel), dua kali lebih canggih dari resolusi Full HD horizontal dan vertikal (1920 x 1080).

Tablet berukuran kertas A3 ini memiliki berat 2,4 kg dan ketebalan 10,8 mm, membuat perusahaan yakin bahwa gadget terbarunya mudah untuk dibawa saat melakukan aktivitas sehari-hari.

Tablet ini didukung oleh sistem operasi Windows 8, prosesor Intel Core i5 3427U vPro 1.80 GHz, dan baterai internal memiliki kekuatan 2 jam.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: Gaza Blitz - Turmoil And Tragicomedy At The BBC.

Khofifah: RSBI Atau Bukan yang Penting Tidak Mahal

Posted: 09 Jan 2013 03:18 PM PST

VIVAnews - Nahdlatul Ulama (NU) menilai wajar keberadaan sekolah dengan label Sekolah Berstandar Internasional (SBI) maupun Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Sebab, hal itu merupakan bagian dari pilihan masyarakat untuk mendapat pendidikan yang terbaik.

"Sekolah swasta maupun negeri, pesantren atau nonpesantren, boarding school atau commuter, di dalam negeri maupun di luar negeri, pada dasarnya masyarakat akan berusaha mencarikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya. Prinsipnya adalah pendidikan terbaik, bukan termahal," kata Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa kepada VIVAnews, Rabu, 9 Januari 2013.

Menurut Khofifah, penilaian bahwa sekolah berlabel RSBI/SBI sebagai sekolah mahal atau pun eksklusif, sesungguhnya tidak sepenuhnya tepat.

Sebab, ada sekolah, misal, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang tidak menggunakan label RSBI/SBI tetapi biaya sekolahnya bisa mencapai Rp5 juta per bulan. Jika di beberapa sekolah berlabel RSBI/SBI diketahui mahal, menurutnya, perlu dilihat komponen materi atau kurikulum tambahannya.

"Jika non RSBI juga diberikan kurikulum yang sama, kemungkinan komponen beayanya juga sama. Sebaliknya di berbagai sekolah yang memiliki fasilitas lux, meski tidak pakai label RSBI/SBI, SPP-nya bisa lebih mahal dari RSBI."

Ia menilai putusan Mahkamah membubarkan RSBI dimaksudkan agar terjadi pemerataan dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Tetapi, pemerintah juga harus memantau pelaksanaannya sehingga ada jaminan tidak akan ada pungutan tambahan bagi siswa sekolah negeri.

"Jika hal tersebut diterapkan, maka harus ada punishment (sanksi) bagi orangtua yang tidak menyekolahkan anak-anaknya pada usia sekolah," tutur mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan itu.

Mahkamah Konstitusi membubarkan Penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Mahkamah mengabulkan permohonan uji materi Pasal 50 ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).

Pasal tersebut berbunyi, "Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional". [Baca selengkapnya di sini]

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: Gaza Blitz - Turmoil And Tragicomedy At The BBC.

Bursa kerja: Singa Afrika Barat di Ambang Kepunahan cari kerja