Bursa kerja: PROFIL: Indra Sjafri, Tinggalkan Keluarga Demi Talenta Sepakbola |
- PROFIL: Indra Sjafri, Tinggalkan Keluarga Demi Talenta Sepakbola
- Ulah Konyol Bellamy Siram Kepala Wasit
- Chelsea Berhasil Curi Poin di Old Trafford
PROFIL: Indra Sjafri, Tinggalkan Keluarga Demi Talenta Sepakbola Posted: 26 Aug 2013 03:37 PM PDT Pelatih Timnas U-19 ini rela "blusukan" ke daerah-daerah terpencil. Pelatih Timnas U-19 Indonesia, Indra Sjafri (VIVAnews/Adi Yoga) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sedang berbenah membereskan tim nasional Indonesia. Tidak hanya level senior, pembinaan usia muda pun digenjot agar lebih berprestasi. Tugas berat itu pun dibebankan kepada Indra Sjafri, yang saat ini dipercaya menangani Timnas U-19.Kendati tak pernah sekalipun mengecap manisnya kebanggaan sebagai pemain tim nasional, tangan dingin eks pemain PSP Padang tersebut mampu membuat talenta-talenta terbaik bangsa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Dua gelar juara kelompok umur, The HKFA (Hongkong Football Association) International Youth Invitational Tournament U-17 dan The HKFA U-19, menjadi bukti visi Indra Sjafri untuk bangsa ini berada di jalur yang tepat. "Saya masuk lingkaran PSSI di tahun 2007 sebagai instruktur pelatih. Kontrak untuk melatih timnas baru diteken 2011 sampai sekarang," terang ayah 2 putra ini, mengawali perbincangan dengan VIVAbola di Sun Hotel, Sidoarjo, Senin (26/8) pagi. Namun tak banyak yang tahu jika semua torehan itu didapat hanya gara-gara sakit hati. Ya, semua bermula ketika Indra Sjafri muda masuk dalam tim Pra PON Sumatera Barat di tahun 1985. Ketika itu, hati kecilnya berontak melihat banyaknya pemain yang punya kemampuan individu di atas rata-rata namun susah mendapat tempat untuk membela Merah Putih di kancah internasional. "Tidak ada pemandu bakat dari PSSI pusat maupun pelatih timnas yang datang memantau. Sehingga saya merasa terkucilkan. Perasaan itu saya yakin tidak sendiri. Ribuan bahkan jutaan anak negeri kecewa jika kemampuannya tidak terpantau dengan baik," tuturnya menjelaskan alasannya fokus pada pembinaan pemain muda. Karenanya, Indra Sjafri akhirnya memutuskan fokus jadi pelatih setelah pensiun sebagai Kepala Kantor Pos di sebuah kota di Sumatera Barat. Kala itu, ia seangkatan dengan Rudy William Keltjes, eks pemain timnas era 80-an dan pelatih yang sukses persembahkan medali emas perdana bagi Kalimantan Timur di PON 2012 lalu Setelah lulus pendidikan pelatih berlisensi A, Indra Sjafri pun mulai bergerilya ke daerah-daerah terpencil. Dukungan dari keluarga pun menjadi bekal penting dalam karir kepelatihan Indra selama ini. "Andaru (putra sulungnya) bahkan mengaku lebih bangga jika saya melatih timnas daripada tetap sebagai kepala kantor pos di depan teman-teman sekolahnya," aku bapak beranak dua itu sambil tersenyum. Tak kurang dari 43 daerah yang sudah dikunjungi demi mencari bibit terbaik untuk Indonesia. Menurut Indra, resikonya adalah waktu untuk keluarga yang minim. Sejak menanggani Timnas U-19, ia mengaku hanya bisa 1-2 hari kumpul bersama. "Selebihnya, komunikasi saya lakukan melalui perangkat teknologi," selorohnya disinggung dukanya demi menggapai misi itu. Pria kelahiran Painan, Sumatera Barat, 2 Februari 1963 silam tersebut, mengaku sempat bersusah payah untuk mencari bibit pemain terbaik ke Muara Teweh, sebuah kota kecil yang kini masuk provinsi Kalimantan Utara. "Bayangkan saja, perjalanan darat kesana ditempuh selama 10 jam dari Jakarta. Tapi itu sangat berarti bagi saya maupun pecinta bola di sana. Apalagi tak pernah ada pelatih timnas yang rela datang ke daerah kecil seperti itu. Dampaknya luar biasa, saya dikabari kini sudah ramai SSB (sekolah sepakbola)." Aktivitas mendatangi daerah-daerah di seluruh pelosok tanah air itu ternyata memang jadi 3 misi yang diembannya. Selain untuk menyeleksi langsung pemain-pemain di daerah yang selama ini luput dari radar talent scouting PSSI, juga untuk membangkitkan gairah sepakbola dan menularkan ilmu kepelatihan yang didapat Indra Sjafri untuk menyamakan persepsi pembinaan. "Hasilnya, saya bisa menyebutkan jika Timnas U-19 yang saya bawa untuk Piala AFF 2013 dan kualifikasi Piala AFC, merupakan representasi sesungguhnya dari Indonesia. Nyaris semua daerah ada di sini. Salah satunya adalah Yabes Malavani, putra Alor yang masih bertahan dari tiga anak daerah sana," ucapnya penuh kebanggaan. Namun benak Indra Sjafri masih gundah dengan kondisi riil yang ada. Banyak SSB yang hanya bertindak instan dengan tujuan utama untuk membentuk tim yang bisa juara. Padahal resikonya tidak kecil. "Akibat misi awalnya seperti itu, segala cara ditempuh. Seperti pencurian umur. Itu yang sangat saya haramkan. Ada pemain Timnas U-19 yang saya pulangkan setelah mengaku melakukan itu," tegasnya. Disinggung sampai kapan tugas berat itu dilakukan, Indra Sjafri mengungkap sampai PSSI tidak lagi tahan dengan 'ulahnya'. Prinsipnya benar-benar dilakukan ketika menangani sebuah tim. "Pemain terbaik anak bangsa di langit pun pasti akan saya cari. Kecuali naturalisasi. Saya tidak mau itu. Kita ini bangsa besar yang punya potensi selangit," ucapnya. Untuk itu, dia menyayangkan masih adanya persepsi di pemilik SSB jika pembinaan usia muda tujuan akhirnya menyiapkan tim. "Bukan untuk itu. Tapi untuk menyiapkan individu-individu pemain yang punya kemampuan skill, mental dan fisik di atas rata-rata yang muaranya nanti untuk Indonesia," tambahnya. Selama lebih dari 2 jam, Indra Sjafri membeberkan kejadian-kejadian di mana sepakbola Indonesia ada di titik terendah dalam sejarahnya. "Saya tidak mau dikotak-kotak masuk kelompok A atau kelompok B. Saya punya satu pegangan, untuk Merah Putih! Semua yang saya lakukan di federasi (PSSI) untuk Indonesia," tegasnya. Karenanya, Indra Sjafri tetap rela mengeluarkan ongkos pribadi ketika di masa-masa kelam dimana gajinya selama 7 bulan tak kunjung cair hanya demi mencari potensi terbaik dari seluruh penjuru negeri. Kini dengan rekonsiliasi yang terjadi, dia berharap seluruh stake holder di sepakbola bisa bersatu lagi. "Ada satu kisah ketika PSSI tak kunjung mengucurkan dana untuk pemusatan latihan. Padahal waktu itu, Timnas yang saya pegang akan berangkat ke Hongkong untuk pertahankan gelar. Saya punya teman satu bangku semasa sekolah yang punya kedudukan tinggi di Freeport." Saya hubungi dan dia bersedia membiayai penuh. Itu yang saya syukuri. Masih ada segelintir bangsa Indonesia yang rela mengeluarkan uang pribadi untuk kepentingan lebih besar. Hasilnya, juara berhasil kita pertahankan," ujarnya bercerita. Berkaca dari pengalaman itu, Indra Sjafri optimis jika PSSI mau melibatkan stake holder daerah, ongkos mahal pembinaan sepakbola hingga daerah-daerah dapat ditekan. Dengan catatan, pelatih timnas ataupun pengurus PSSI mau terjun langsung menyapa daerah. Itu dibuktikan dengan keberhasilannya yang rela mencari dan terus mencari pemain berpotensi sehingga layak menyandang status pasukan Garuda Muda. "Parameternya juga jelas dan bisa menghilangkan pemain titipan atau like and dislike," tutup suami Temi Indrayani ini. Profil Indra Sjafri: This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: 'You Say What You Like, Because They Like What You Say' - http://www.medialens.org/index.php/alerts/alert-archive/alerts-2013/731-you-say-what-you-like-because-they-like-what-you-say.html |
Ulah Konyol Bellamy Siram Kepala Wasit Posted: 26 Aug 2013 02:46 PM PDT Ini terkesan kurang ajar namun lucu. Pemain Cardiff City, Craig Bellamy (kiri). (cardiffcityfc.co.u) VIVAbola - Insiden lucu atau bahkan terkesan kurang ajar terjadi di pekan kedua Premier League. Seorang wasit disiram air oleh seorang pemain dalam pertandingan yang mempertemukan Cardiff City melawan Manchester City, Senin dinihari kemarin.Seperti dilansir Dirty Tackle, peristiwa tersebut terjadi di menit 41 babak pertama. Saat itu wasit, Lee Probert sedang berbincang dengan manajer Cardiff City, Malky Mackay di pinggir lapangan kala laga sedang terhenti sesaat. Pemain veteran Cardiff, Craig Bellamy yang berada di dekat keduanya, tiba-tiba mengguyur kepala Lee Probert dengan air botol minuman miliknya. Tak pelak 'serangan mendadak' ini mengejutkan Probert yang segera mengibas-ngibaskan kepalanya. Namun bukannya menjatuhkan hukuman, Lee Probert justru tampak bercanda akrab dan menghampiri mantan pemain Liverpool dan Manchester City berusia 34 tahun itu. Bahkan Probert sempat berbisik yang disambut gelak tawa Bellamy. Pertandingan ini sendiri berkesudahan dengan skor 3-2 untuk kemenangan Cardiff. Sempat tertinggal di menit 52 lewat gol Edin Dzeko, Cardiff mampu berbalik unggul dengan mencetak tiga gol di menit 60, 79 dan 87. The Citizens hanya bisa mempertipis ketertinggalan di menit 90 melalui gol Negredo. Hasil yang mengejutkan. Pasalnya Cardiff merupakan tim promosi, sementara Manchester City adalah salah satu kandidat juara Premier League musim ini. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: 'You Say What You Like, Because They Like What You Say' - http://www.medialens.org/index.php/alerts/alert-archive/alerts-2013/731-you-say-what-you-like-because-they-like-what-you-say.html |
Chelsea Berhasil Curi Poin di Old Trafford Posted: 26 Aug 2013 02:36 PM PDT The Blues masih menduduki puncak klasemen. MU di posisi empat. Manchester United lawan Chelsea (REUTERS/Phil Noble) VIVAbola - Laga penuh gol dan drama yang diharapkan tersaji di Old Trafford saat Manchester United menjamu Chelsea, Senin 26 Agustus 2013 atau Selasa dini hari WIB, tidak terjadi. Kedua tim bermain imbang 0-0 sampai laga usai. The Blues berhasil curi poin di Theater of Dreams.Setelah bermain imbang tanpa gol di babak pertama, kedua tim tampil lebih agresif di awal babak kedua. Usaha Danny Welbeck dua kali melambung tinggi, sedangkan sepakan keras Gary Cahill mudah ditangkap David De Gea. Memasuki satu jam pertandingan, tempo dan tensi semakin meninggi. Bahkan sempat ada kontroversi tercipta. Voli Tom Cleverley tampak membentur lengan John Terry. Sedangkan Chelsea berteriak minta penalti saat Ashley Cole dijatuhkan Phil Jones. Tapi wasit Mike Atkinson tak meniup peluit. Kehadiran Ashley Young untuk MU dan Fernando Torres buat The Blues membuat laga semakin menarik. Permainan jadi lebih menyerang saat kedua tim bernafsu untuk mencetak gol di 15 akhir waktu normal. Tapi segala upaya dan serangan yang dibangun tak ada yang berhasil menciptakan peluang emas. Kedua tim harus berpuas diri hanya mampu bermain 0-0 sepanjang 90 menit. Hasil ini jauh dari ekspektasi setelah "bumbu-bumbu" yang disebar kedua kubu jelang laga berlangsung. Skor imbang 0-0 ini mengulang hasil yang dituai kedua tim pada 2009. Tapi cukup menambah superioritas Mou di Old Trafford. Chelsea masih memuncaki puncak klasemen Premier League dengan tujuh poin dari tiga laga. Posisi mereka bisa disalip oleh Liverpool dan Tottenham Hotspur yang memiliki satu laga lebih sedikit. Sedangkan MU menduduki peringkat empat dengan 4 poin dari dua kali bermain. Chelsea (4-2-3-1): Cech; Ivanovic, Cahill, Terry, Cole; Ramires, Lampard; De Bruyne, Oscar, Hazard; Schurrle. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: 'You Say What You Like, Because They Like What You Say' - http://www.medialens.org/index.php/alerts/alert-archive/alerts-2013/731-you-say-what-you-like-because-they-like-what-you-say.html |
You are subscribed to email updates from VIVAnews To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |