Bursa kerja: Ajax Jadi Bulan-bulanan PEC Zwolle di Final Piala Belanda |
- Ajax Jadi Bulan-bulanan PEC Zwolle di Final Piala Belanda
- Studi: Soda Diet Tingkatkan Risiko Stroke
- Kala Gunung Merapi Kembali Erupsi
Ajax Jadi Bulan-bulanan PEC Zwolle di Final Piala Belanda Posted: 20 Apr 2014 03:05 PM PDT Tim asuhan Frank De Boer tersebut dipermalukan dengan skor 1-5. Para pemain PEC Zwolle merayakan gol. (Trendsmap) VIVAbola - Pemuncak klasemen sementara Eredivisie, Ajax secara mengejutkan kalah telak 1-5 dari PEC Zwolle pada final KNVB Beker atau Piala Belanda. Dengan demikian gagal sudah rencana tim asuhan Frank De Boer untuk meraih titel pertama musim ini. Pada pertandingan yang dihelat di Stadion Feijenoord, Rotterdam, Minggu 20 April malam WIB tersebut, Ajax sebenarnya mampu unggul terlebih dahulu lewat gol Ricardo van Rhijn. Gol tersebut tercipta saat laga baru berjalan tiga menit. Memasuki menit 8, Zwolle mampu menyamakan kedudukan menjadi 1-1 lewat Ryan Thomas. Dan, hanya empat menit berselang, jala gawang Ajax kembali koyak, lagi-lagi lewat gol yang dilesakkan Thomas. Zwolle pun berbalik unggul 2-1. Guyon Fernandez membuat fans Ajax terdiam, usai mencetak gol pada menit 22, memanfaatkan umpan Kamohelo Mokotjo. Bahkan, Fernandez menambah golnya pada menit 34, menerima umpan Bram Van Polen. Babak I pun berakhir 4-1 untuk Zwolle. Memasuki interval kedua, Zwolle membuat Ajax kian menderita, usai menambah keunggulan lewat Van Polen. Dan, hingga wasit mengakhiri laga, tak ada gol tambahan tercipta. Zwolle pun berhak meraih titel Piala Belanda dengan kemenangan 5-1. Ini merupakan Piala Belanda pertama yang berhasil diraih Zwolle. Sedangkan bagi Ajax, kegagalan tersebut menambah panjang tren negatif mereka di ajang Piala Belanda. 2010 merupakan tahun terakhir Ajax meraih Piala Belanda. Klub yang bermarkas di Amsterdam tersebut saat ini masih menjadi pengoleksi terbanyak dengan 18 trofi. Susunan pemain PEC Zwolle: Diederik Boer, Bram Van Polen, Maikel Van der Werff, Joost Broerse, Bart Van Hintum, Kamohelo Mokotjo, Matiusz Klich, Mustafa Saymak, Jesper Drost, Ryan Thomas, Guyon Fernandez Ajax: Kenneth Vermeer, Ricardo Van Rhijn, Nikolas Moisander, Stefano Denswil, Boilesen, Davy Klaassen, Daley Blind, Thulani Serero, Lasse Schone, Bojan Krkic, Kolbeinn Sigthorsson © VIVAbola BERITA TERKAIT This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. |
Studi: Soda Diet Tingkatkan Risiko Stroke Posted: 20 Apr 2014 03:03 PM PDT Ilustrasi Stroke (nextgenerationku.com) Studi terhadap 60 ribu wanita menemukan ada hubungan kuat antara konsumsi soda diet dalam jumlah besar dan penyakit jantung pada wanita ketika berusia 50 dan 60 tahun. Selain risiko jantung dan stroke, wanita yang minum soda diet dua kali sehari 50 persen lebih berisiko meninggal dunia terkait masalah jantung lainnya. Demikian ungkap Profesor Peter Weissberg , direktur medis di British Heart Foundation, seperti dikutip dari Female First. "Studi observasional pada wanita pasca-menopause di Amerika menemukan ada hubungan antara minum dua minuman diet per hari dan peningkatan risiko penyakit jantung, tetapi temuan tidak konklusif dan tidak berarti bahwa minuman diet menyebabkan penyakit jantung," kata Weissberg. Dari temuan tersebut, peneliti menyarankan agar wanita mengurangi asupan gula dan minuman diet berlebihan. Minuman diet cenderung populer pada mereka yang kelebihan berat badan dan penderita diabetes. Kedua konsisi ini berisiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung. Peneliti utama Dr Ankur Vyas mengatakan "Kami hanya menemukan hubungan, jadi kita tidak bisa mengatakan bahwa minuman diet menyebabkan masalah jantung. Diperlukan riset pada kelompok yang dapat memastikan minum soda diet benar-benar menyebabkan penyakit jantung." (ren) This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. |
Kala Gunung Merapi Kembali Erupsi Posted: 20 Apr 2014 02:50 PM PDT VIVAnews - Gunung Merapi kembali bergemuruh disusul lava pijar dari puncak gunung sejauh 1 kilometer dan mengarah ke hulu Kali Senowo yang menghubungkan Desa Sumber dengan Dusun Grogol, Desa Mangungsoko, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Minggu 20 April 2014. Gunung yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah itu mengalami erupsi kecil dan mulai mengeluarkan embusan sejak pukul 04.26 WIB. Pada pagi hari, hujan abu dan pasir terjadi dalam radius 12 kilometer sisi tenggara hingga barat daya Kota Magelang, Jawa Tengah. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, erupsi terjadi selama 16 menit. Suara gemuruh yang berasal dari puncak gunung juga disusul dengan lontaran material pijar dari mulut gunung. Kawasan Yogyakarta bagian utara dan wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, adalah daerah yang paling terasa dilanda hujan abu dari embusan material Gunung Merapi. Hampir semua wilayah Kabupaten Magelang bagian selatan dan sebagian kota Magelang dilanda hujan abu vulkanik. Wahyu, warga di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY mengatakan hujan abu tipis sudah terjadi pada pukul 06.00 WIB hingga sekitar pukul 07.45 WIB. Hujan abu vulkanik selama 2 jam juga terjadi di wilayah Kecamatan Pakem yang berada di selatan gunung. Namun demikian, hujan abu vulkanik ini hanya tipis dan tidak mengganggu aktivitas warga. BPPTKG telah melaporkan letusan Gunung Merapi kepada Posko BNPB, BPBD Magelang, BPBD Sleman, BPBD Klaten, dan BPBD Jawa Tengah. Namun, dapat dipastikan status Merapi tetap normal aktif. Masyarakat sekitar kaki gunung diimbau tetap tenang dan diminta terus meningkatkan kewaspadaan. "Tidak ada peningkatan aktivitas vulkanik pasca letusan. Sudah kembali normal, tetap waspada dan berhati-hati saat melakukan aktivitas," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho. Hingga Minggu sore, hujan abu masih terjadi di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Menurut warga, material vulkanik muncul sejak Minggu dini hari pasca terjadi erupsi. Warga melakukan aktivitas menggunakan masker untuk melindungi pernapasan. Hujan abu vulkanik tipis juga dirasakan warga Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak, daerah ini lebih dari 50 kilometer dari puncak Merapi. Hujan abu di daerah ini dipengaruhi tiupan angin kencang ke arah selatan. Dipicu Gempa Tektonik Menurut Kapala BPPTKG Yogyakarta, Subandrio, meski dalam letusan tersebut terlihat api pijar, itu bukan letusan magmatis. Embusan terjadi akibat aktivitas gas yang ada di dalam perut Gunung Merapi. Embusan dari puncak gunung setinggi 2.968 mdpl itu juga dipengaruhi gempa tektonik di DIY dan Jawa Tengah yang terjadi beberapa kali. Gempa ini berpengaruh pada sistem internal di Gunung Merapi, sehingga terjadi pelepasan CO2. Berdasarkan analisis, lava pijar yang keluar dari kawah bukan material juvenile (magma baru). Karena itu, dapat dipastikan bahwa Merapi belum memasuki fase letusan magmatik baru. Material yang keluar adalah gas vulkanik yang dominan CO2 yang memicu letusan. "Gempa tektonik itu mempercepat pelepasan gas yang ada di dalam perut Gunung Merapi. Bahkan, sebelum letusan kecil terjadi ada gempa tektonik," katanya. Gempa tektonik yang mempengaruhi pelepasan gas di perut Merapi terjadi pada 10 Maret 2014. Saat itu, terjadi hujan abu di sektor selatan tenggara meliputi Desa Umbulharjo, Kepuharjo, Sidorejo, dan Balerante. Kemudian, pada 27 Maret 2014 sekitar pukul 13.12 hingga 13.16 WIB, juga terjadi embusan. Puncak Gunung Merapi tertutup kabut. Suara gemuruh terdengar hingga di Desa Pakem, Argomulyo, dan Glagaharjo. Hujan abu dan lapilli dirasakan warga di Desa Kepuharjo, Glagaharjo, Argomulyo, Kendalsari, Ngemplakseneng, Deles, Sidorejo,Tegalmulyo, Tlogowatu, Bumiharjo, dan Balerante. Akibat letusan Gunung Merapi itu menyebabkan hujan abu selama dua jam di wilayah Yogyakarta bagian utara, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Namun, kondisi ini tidak berdampak serius bagi aktivitas penerbangan di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Rahmakika Rahardiasari, Sales Manager Bo Yogyakarta, PT Citilink Indonesia mengatakan, mulai penerbangan perdana hingga saat ini, aktivitas di Bandara Adisutjipto Yogyakarta tetap normal. "Penerbangan Citilink tujuan Yogyakarta-Halim, Jakarta berjalan dengan lancar bersamaan dengan turunnya hujan abu vulkanik," katanya. Menurut dia, di Bandara Adisutjipto tidak terlihat adanya hujan abu dan cuaca terlihat tetap cerah. "Saya tidak merasakan adanya hujan abu di seputaran Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Mungkin karena arah angin ke barat atau ke timur, sehingga kawasan Bandara Adisutjipto ini tidak terdampak hujan abu vulkanik," jelasnya. Rahmakika juga mengatakan, dari otoritas Bandara Adisutjipto juga tidak ada informasi tentang penutupan sementara bandara akibat hujan abu vulkanik dari Gunung Merapi. Semua berjalan dengan lancar. Kedatangan pesawat maupun pemberangkatan pesawat sesuai jadwal. Sejarah Letusan Gunung Merapi Meski termasuk gunung termuda, sejak 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Kota Magelang dan Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 kilometer dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat permukiman hingga ketinggian 1.700 meter dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari 16 gunung api dunia yang termasuk dalam proyek gunung api pada dekade ini. Letusan pada 1930 setidaknya telah menewaskan 1.370 orang di 13 desa di lereng Merapi. Letusan terbesar terjadi pada 1006. Saat itu, seluruh Jawa tertutup abu vulkanik. Tidak diketahui berapa korban akibat letusan itu. Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Merapi mengalami letusan pertama pada 1006. Rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek antara 2–5 tahun, dan siklus menengah setiap 5–7 tahun. Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, yaitu pada masa awal terbentuknya gunung aktif. Letusan besar Merapi terjadi pada 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Pada letusan 8 Juni 2006, pemerintah mengungsikan 17 ribu warga di lereng Merapi. Namun, dua orang yang berlindung dalam bunker di Kawasan Wisata Kaliadem, Kaliurang, justru terpanggang awan panas. Bunker tak bisa melindungi korban dari wedhus gembel yang suhunya masih 500-600 derajat celcius. Selasa petang, 26 Oktober, Merapi kembali meletus. Erupsi pertama gunung Merapi terjadi sejak pukul 17.02 WIB, diikuti awan panas selama 9 menit. Kemudian berulang hingga erupsi terakhir pukul 18.21 WIB yang menyebabkan awan panas selama 33 menit. Awan panas ini telah meluluhlantakkan beberapa kampung di lereng Merapi. Dari catatan Wikipedia, setidaknya ada 43 orang meninggal atas musibah ini, termasuk juru kunci Mbah Maridjan dan redaktur senior VIVAnews.com, Yuniawan Nugroho. Berbeda dari karakter Merapi biasanya atau tidak terjadi pembentukan kubah lava baru, terjadi peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3 November 2010. Erupsi eksplosif berupa letusan besar menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta yang berjarak sekitar 27 km dari puncak, Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo yang berjarak 50 km juga merasakan. Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. (art) This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. |
You are subscribed to email updates from VIVA.co.id To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |